Selasa, 14 Oktober 2014

Pertemuan Ke-3 Perilaku Organisasi

T
ak terasa mata kuliah perilaku organisasi telah memasuki pertemuan ketiga. Sebelum dimulainya perkuliahan, Pak Seta terlebih dulu melakukan review materi perkuliahan yang sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengingatkan kembali, apa saja yang telah beliau sampaikan kepada kami. Ternyata sudah 8 bab yang telah dibahas, namun saya tak menyangka bahwa materi yang diberikan sudah sebanyak itu. Pak Seta menyampaikan materi kuliah tanpa harus selalu melihat buku, beliau cenderung mengambil inti dari tiap bab, namun penjelasan yang disampaikan begitu aplikatif dan disesuaikan dengan kondisi kami (mahasiswa p2k) yang rata-rata telah mengenyam dunia kerja. Hal ini sangat membantu kami dalam menghadapi permasalahan di dunia kerja.
Materi yang disampaikan oleh Pak Seta pada pertemuan ketiga kali ini adalah sebagai berikut:

Konsep-konsep Manajemen

Manajemen merupakan suatu proses tertentu yang menggunakan dua kemampuan atau keahlian untuk mencapai suatu tujuan yang didalam pelaksanaannya dapat mengikutialur keilmuan secara ilmiah dapat pula menonjolkan kekhasan atau gaya manajer dalam mendayagunakan kemampuan orang. Dengan demikian terdapat tiga fokus untuk mengartikan Manajemen yaitu:
1.   Manajemen sebagai suatu kemampuan atau keahlian yang selanjutnya menjadi cikal bakal Manajemen sebagai suatu profesi. Manajemen sebagai suatu ilmu menekankan perhatian kepada ketrampilan dan kemampun manajerial yang diklasifikasikan menjadi kemampuan/ketrampilan teknikal, manusiawi dan konseptual.
2.  Manajemen sebagai proses yaitu dengan menentukan langkah yang yang sitematis dan terpadu sebagai aktivitas manajemen.
3. Manajemen sebagai seni tercermin dari perbedaan gaya (style) seseorang dalam menggunakan atau memberdayakan orang lain untuk mencapai tujuan.

Dalam pembahasan ini akan diperinci empat fungsi manajemen yang paling penting yaitu planning, organizing, actuating, dan controlling atau disingkat POAC.
1.     Perencanaan (Planning)
Pemilihan dan penentuan tujuan organisasi, penyusunan strategi, kebijaksanaan, program, dan lain-lain. Penentuan renstra kegiatan selama 5 tahun kedepan memberikan gambaran tentang output apa saja yang akan dihasilkan suatu organisasi. Renstra kegiatan ini akan memberikan gambaran jelas dan menjadi target pencapaian kinerja
2.      Pengorganisasian (Organizing)
Penentuan sumber daya dan kegiatan yang dibutuhkan, menyusun organisasi atau kelompok kerja, penugasan wewenang dan tanggungjawab serta koordinasi. Dengan adanya pengorganisasian berarti menempatkan seorang karyawan sesuai dengan bidang keahliannya.
3.     Pengarahan (Actuating)
Pengarahan merupakan komunikasi pimpinanan untuk mengarahkan karyawan mengerjakan sesuatu yang ditugaskan padanya. Komunikasi ini bisa dilakukan dengan cara pemberian motivasi, misalnya jika target penjualan tercapai, maka karyawan akan mendapatkan bonus sekian persen
4.     Pengawasan (Controlling)
Penetapan standar, pengukuran pelaksanaan, dan pengambilan tindakan korektif. Pengawasan diperlukan manakala ada kesalahan, bisa langsung dilakukan perbaikan agar kesalahan tidak menjadi fatal.

 SWOT

Analisis SWOT merupakan salah satu metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar) yaitu Strengths, Weakness, Opportunities dan Threats. Metode ini paling sering digunakan dalam metode evaluasi bisnis untuk mencari strategi yang akan dilakukan. Analisis SWOT hanya menggambarkan situasi yang terjadi bukan sebagai pemecah masalah.
Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:
1. Strengths (kekuatan)
Merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan)
Merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada.Kelemahan yang dianalisis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunities (peluang)
Merupakan kondisi peluang berkembang di masa datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. misalnya kompetitor, kebijakan pemerintah, kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman)
Merupakan kondisi yang mengancam dari luar. Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri.
Sumber : http://raklali.blogspot.com/2011/12/i.html

 SWOT à SOAR

         SWOT terdiri dari faktor internal (Strenght dan Weakness) dan eksternal (Opportunity dan Threat). Baik dari segi internal maupun eksternal, terdapat hal negatifnya, yaitu weakness dan threat. Untuk itulah diperlukan adanya pengubahan kedua hal tersebut menjadi suatu hal positif, yaitu dengan mengubah SWOT menjadi SOAR (strength, Opportunity, Action, Result). Action merupakan tindakan/sikap yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi termasuk di dalamnya adalah proses sedangkan result merupakan hasil/tujuan yang dicapai. Action yang baik akan menghasilkan Result yang baik pula dan sesuai dengan yang diharapkan.

FISHBONE DIAGRAM

          Diagram fishbone ini disebut juga dengan shikawa diagram, yaitu sebuah diagram yang mengidentifikasi banyak penyebab yang mungkin dari sebuah efek atau permasalahan. Diagram ini digunakan untuk menyusun sesi brainstorming dan dengan cepat dapat digunakan untuk mengurutkan permasalahan-permasalahan kedalam kategori-kategori yang sangat berguna. Fishbone juga melengkapi kita untuk menunjukkan permasalahan kategori kotensial dari penyebab secara visual.
Langkah-langkah membuat diagram fishbone, yaitu:
1.    Menyepakati pernyataan masalah
a.    Pernyataan masalah diinterpretasikan sebagai “effect” atau secara visual dalam fishbone seperti “kepala ikan”
b.    Tulis masalah tersebut di tengah sebelah kanan
c.  Gambarkan kotak mengelilingi tulisan pernyataan masalah tersebut dan buat panah horizontal panjang menuju kea rah kotak
2.    Mengidentifikasi kategori-kategori
a.    Dari garis horizontal utama, buat garis diagonal yang menjadi “cabang”. Setiap cabang  mewakili “sebab utama” dari masalah yang ditulis. Sebab ini diinterpretasikan sebagai “cause”, atau secara visual dalam  fishbone seperti “tulang ikan”
b.    Kategori sebab utama mengorganisasikan sebab sedemikian rupa sehingga masul akal dengan situasi. Misalnya kategori 6M (meachine, method, material, man, measurement, milieu), 8P (product, price, place, promotion, people, process, physical evidence, procugtivity & quality), 5S (surrounding, supplier, system, skill, safety). Jenis kategori disesuaikan dengan jenis organisasi.
3.    Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara brainstorming
a.    Setiap kategori mempunyai sebab-sebab perlu diuraikan melalui sesi brainstorming
b.  Saat sebab-sebab dikemukakan, tentukan dimana sebab tersebut harus ditempatkan dalam diagram fishbone, yaitu tentukan di bawah kategori yang mana gagasan tersebut harus ditempatkan
c.   Sebab-sebab ditulis dengan garis horizontal sehingga banyak “tulang” kecil keluar dari garis diagonal
d.  Pertanyakan kembali “mengapa sebab itu muncul?” sehingga “tulang” lebih kecil (sub sebab) keluar dari garis horizontal tadi
e.  Satu sebab bisa ditulis di beberapa tempat jika sebab tersebut berhubungan dengan beberapa ketegori
4.    Mengkaji dan menyepakati sebab-sebab yang paling mungkin
a.   Setelah setiap kategori diisi, kemudian carilah sebab yang paling mungkin diantara semua sebab-sebab dan su-subnya
b.  Jika ada sebab-sebab yang muncul pada lebih dari satu kategori, kemungkinan merupakan petunjuk sebab yang paling mungkin
c.    Kaji kembali sebab-sebab yang telah didaftarkan (yang paling memungkinkan)
d. Pertanyaan “mengapa?” akan membantu kita sampai pada sebab pokok dari permasalahan terindentifikasi
e.    Tanyakan “Mengapa?” sampai saat pertanyaan itu tidak bisa dijawab lagi
f.     Lingkari sebab yang paling memungkinkan pada diagram fishbone

Berikut ini adalah gambar diagram fishbone





Thinking vs feeling

Saya pernah memberikan amanah kepada teman baik saya (sebut saja si x) untuk disampaikan kepada 2 orang narasumber. Kepadanya, saya menitipkan honor narasumber beserta kuitansi sebagai tanda terima. Selang beberapa hari si x memberikan kuitansi tersebut. Setelah saya cek kuitansi tersebut, sepertinya ada keganjilan dimana tanda tangan narasumber tersebut seakan kaku dan terlihat bukan asli. Saya sempat berfikir, apa iya teman saya ini telah memalsukan tanda tangan narasumber? ataukah ini hanya prasangka saya saja??
Saya berpikir bahwa saya tidak mungkin menuduh seseorang tanpa adanya bukti, tapi perasaan saya mengatakan bahwa si x ini adalah salah satu teman baik saya, mana mungkin dia tega dan berani melakukan hal itu. Saya lalu berfikir bagaimana cara menghalau kegalauan saya ini, kemudian saya teringat bahwa ada honor salah satu narasumber, namun waktu itu saya lupa belum memberikan honor tersebut karena saat itu saya sedang terburu-buru. Wah, kebetulan sekali pikir saya. Selang berapa hari, narasumber tadi datang ke kantor karena ada keperluan dengan atasan saya. Saya pun menyiapkan berkas kuitansi beserta honornya, karena saya ingin memberikan sendiri honor tersebut tanpa sepengetahuan si x.
Tak disangka si x datang ke ruangan saya dan melihat kuitansi atas nama narasumber tadi, dia langsung mengusulkan diri untuk menyerahkan honor tersebut kepada narasumber, si x bersikeras ingin memberikan sendiri dengan alasan bahwa ia tidak enak hati pada narasumber jika kuitansi yang kemarin ada yang salah. Saya pun mencari-cari alasan agar kuitansi itu tidak dipegang olehnya. Akhirnya saya mengatakan bahwa narasumber tersebut belum bisa ditemui karena sepertinya sedang ada pembicaraan serius dengan atasan saya sehingga tidak mungkin saya menyela pembicaraan mereka, jadi saya memutuskan akan memberikan honornya lain waktu saja. Si x pun langsung setuju dengan saya, akhirnya dia pun kembali ke ruangannya (yang kebetulan beda 1 lantai di atas saya).
Menjelang jam pulang kantor, narasumber tersebut keluar dari ruangan atasan saya dan pamit akan pulang.  Saya pun langsung mengajak salah seorang teman saya untuk menemani saya menemui narasumber itu. Saat saya konfirmasi mengenai honor yang saya titipkan pada si x untuk beliau, beliau pun menjawab “Saya belum terima mba”…. Betapa terkejutnya saya mendengarnya, tapi saya langsung menggunakan perasaan untuk menjawabnya “Mungkin si x belum sempat menemui Ibu karena sibuk, sehingga honor tersebut belum disampaikan”. Saya mengatakan hal ini karena saya tidak mau menjelekkan nama teman saya. Saya baru menyadari bahwa saya telah ditipu oleh teman baik saya sendiri tapi saya harus memastikannya.
Pada keesokan harinya, saya mengkonfirmasi hal ini pada si x. Dia mengatakan bahwa honor telah dia sampaikan dan diterima oleh sopir si narasumber dan tiap kali saya mengajaknya berbicara tentang honor, si x langsung mengalihkan ke pembicaraan yang lain. Akhirnya saya mengatakan bahwa saya akan melaporkan ke atasan tentang uang yang hilang ini, agar bisa ditindaklanjuti. Keesokan harinya saat saya selesai sholat dhuha, di meja saya telah ada sebuah amplop coklat, teman sebelah saya mengatakan bahwa amplop dari si x, yang menyuruh Office Boy untuk mengantarkannya pada saya.
Saat saya buka, isinya adalah sejumlah uang dan sebuah memo yang bertuliskan “Ini sebagian uangnya aku kembalikan dan sisanya aku kembalikan nanti ya. Sedangkan tanda tangan narasumber yang satunya, aku serahkan sama kamu supaya kamu yang minta tanda tangan ulang. Tapi hal ini, hanya kita saja saya yang tahu dan aku harap saat kita ketemu nanti kita bisa bersikap biasa, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Saat ini aku tidak bisa cerita  kenapa aku melakukan hal itu”
Saat itu perasaan saya tidak menentu, kesal, marah, benci sekaligus kasian pada si x. teman baik saya, teganya menipu saya dan saat saya tanya, dia tidak mengaku. Kali ini saya tidak bisa hanya tinggal diam, keesokan harinya saya langsung mengatakan pada atasan saya agar teman saya ini bisa ditindaklanjuti.
          Berdasarkan cerita di atas, ada kalanya manusia itu mengedepankan sisi thinking (berpikir) maupun sisi feeling (perasaan) dalam menghadapi suatu masalah, tergantung sampai sejauh mana orang menilai suatu masalah secara subjektif atau objektif. Berikut adalah penjelasan mengenai perbandingan thinking dan feeling

Tipe Thinking
Tipe Feeling
Tegas, adil dan rasional
Peduli, semangat, emosional
Mengedepankan analisa logika
Mengedepankan perasaan
Membuat keputusan dengan akal pikiran
Membuat keputusan dengan hati
Tak ada konsekuensi
Merasakan bagaimana perasaan orang lain
Menilai kejujuran dan logika
Menilai kebijaksanaan dan penuh diplomasi
Dikendalikan secara objektif
Dikendalikan secara subjektif

Dari tabel di atas, kita bisa melihat bahwa tipe thinking jauh lebih rasional dan objektif dalam mengambil keputusan. Jika seseorang bertipe thinking, maka ia cenderung menghargai kebenaran dan melakukan analisa logika daripada emosinya. Hal ini akan membuat seseorang mendekati sikap adil dan rasional, namun bisa berarti bahwa seseorang tidak mengakui isyarat verbal maupun non verbal tentang perasaan orang lain. Salah satu jenis pertanyaan yang menggambarkan tipe thinking adalah, “apakah ini benar atau salah”.
Tipe feeling akan cenderung mengambil keputusan berdasarkan nilai-nilai, sebjektivitas, dan dampaknya bagi orang lain. Jika seseorang bertipe feeling, maka dia akan mencari harmoni dan menghindari konflik, namun demikian ada hal-hal yang akan hilang, seperti tidak bisa fokus dalam mengambil keputusan karena tidak menyampaikan kebenaran yang disebabkan oleh penilaian secara subjektif.

SENSIng VS INTUITING

Sensing dan intuiting merupakan suatu hal yang mengacu pada bagaimana seseorang mengumpulkan informasi. Manusia mengumpulkan informasi dengan menggunakan kelima indra, informasi yang diperoleh digunakan untuk mengambil keputusan.
Pepatah jawa mengatakan bahwa “Bisa rumangsa ning aja rumangsa bisa” (ket: huruf a dibaca o), yang artinya bisalah merasa tapi jangan merasa bisa. Inilah yang dinamakan sensing. Sensing merupakan suatu sikap yang berfokus pada apa yang segera, praktis dan nyata bisa dilakukan. Bisa diartikan bahwa sensing ini adalah sikap peka terhadap lingkungan sekitar. Orang yang memiliki sensing, akan langsung merespon tentang jika ada teman yang sedang sibuk, sedangkan kita sedang tidak sibuk, kita bisa menawarkan bantuan padanya tentang apa yang bisa kita bantu. Meskipun setiap orang sudah memiliki jobdesk masing-masing, namun selama kita bisa membantu sebaiknya membantu karena dalam sebuah organisasi kita adalah tim. Supertim diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi.
Superman dalam suatu organisasi itu tidak ada. superman di sini bukan berarti sosok super hero yang kuat, bisa terbang, memiliki mata laser dan berasal dari planet Crypthon, melainkan seseorang yang melakukan sesuatu serba sendiri. Bahkan seorang manajer pun bukanlah superman karena bagaimanapun ia tetap membutuhkan anak buahnya untuk membantunya dalam menjalankan tugas.
Sensing menciptakan makna dari pikiran secara sadar daripada mempercayai alam bawah sadar. Hal ini berbeda dengan intuiting, yang berarti bisikan hati, gerak hati (menurut kbbi),
Pernah suatu ketika saya naik motor berboncengan dengan teman saya. Saat itu saya duduk menyamping karena saya memakai rok. Suasana jalan cukup gelap dan kondisi jalan tidak rata alias berlubang. Batin saya sempat berbicara pada diri saya bahwa saya akan jatuh, dan memang saat itu posisi duduk tidak nyaman. Namun saya tidak menghiraukannya. Berulang kali batin mengatakan bahwa saya akan jatuh, namun saya berpikir tidak mungkin, tidak mungkin lagipula ini sudah dekat dengan rumah.
Suasana jalan yang gelap, sehingga membuat teman saya tidak ‘ngeh’ dengan kondisi jalan yang rusak, membuat dia terkaget dan akhirnya  “…….Guuubrraaakkk”. saya beserta teman saya jatuh dari motor. Saat itu saya terjatuh pas di pinggir jalan dekat dengan pembatas jalan, saya sempat bingung dan pusing, lalu terbangun mencari teman saya. Saya melihat motor teman saya ada di tengah jalan dan Alhamdulillah teman saya tidak apa-apa, dia langsung menghampiri saya dan pengendara yang lewat jalan itupun langsung membantu kami. Alhamdulillah kami hanya mengalami luka ringan saja sehingga kami melanjutkan perjalanan pulang.  
Intuiting umumnya hadir dalam bentuk ‘rasa’ yang sederhana, jernih namun berisik, sehingga untuk bisa menangkapnya kita perlu terbuka dan peka. pengertian lain menyebutkan bahwa intuiting adalah kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari. Definisi intuiting yang paling praktis dan akurat bagi saya adalah “saat saya mengetahui sesuatu, tanpa mengetahui bagaimana caranya, kok saya bisa tahu hal itu”. Ini jugalah yang disebut dengan kecerdasan hati, dimana informasinya tidak hadir sebagai buah pikiran, atau analisa yang komprehensif dan akurat dari segala sudut.
Intuiting adalah sifat alami manusia dan hampir setiap manusia mempunyai kemampuan ini dan pernah mengalami selama hidupnya. Yang membedakan hanya pada tingkatan dari kemampuan ini. Ilmu pengetahun masih belum bisa menjelaskan mengapa beberapa individu memiliki intuiting yang lebih tajam dari yang lain. hal ini dikarenakan ada beberapa individu yang memiliki psikis yang kuat daripada yang lain. banyak orang berfikir bahwa intuiting ini hanyalah sebuah kebetulan. Namun, ada beberapa individu-individu berbakat yang intuisinya jarang janggal dan selalu menjadi kenyataan dan jelas ini bukan lagi soal kebetulan individu langka yang memiliki kemampuan psikis kuat dari yang lain. Banyak orang berpikir bahwa intuisi adalah hanya soal kebetulan. Namun, ada beberapa individu-individu berbakat yang intuisinya jarang gagal dan selalu menjadi kenyataan - ini jelas bukan lagi soal kebetulan.