D3 VS S1
Saya adalah salah satu mahasiswa lulusan D3 dan sekarang menempuh pendidikan S1. Saya merasa terdapat perbedaan antara jenjang pendidikan D3 dan S1, apa saja perbedaan tersebut?? Cek this out
D3 (Diploma 3) “Praktis, Ekonomis, dan Terapan”
Merupakan jenjang pendidikan yang diperkenankan bagi siswa lulus SMA yang mana masa studi yang diperlukan cukup 3 tahun. Sistem kuliah pun ditetapkan secara paket sehingga mau tidak mau harus selesai dalam 3 tahun masa studi tersebut. Sehingga dalam D3 tidak perlu pusing memikirkan mata kuliah mana yang mesti diambil, karena semua sudah disiapkan paketnya untuk setiap semester. Oleh karena itu D3 lebih praktis dan ga ribet. Produk akhir yang dihasilkan oleh lulusan D3 adalah semacam laporan akhir berupaka karya tulis ilmiah yang disebut dengan Tugas Akhir yang merupakan hasil dari magang di sebuah perusahaan/instansi.
Dari segi ekonomi, biaya kuliah pendidikan D3 terbilang lebih
ekonomis dibandingkan dengan S1 karena masa studinya lebih singkat dibandingkan
S1.
Dari segi materi pembelajaran, Untuk D3 akan diberikan 75% praktik
dan 25% teori sehingga D3 lebih ke penerapan. D3 lebih ditekankan pada ilmu –
ilmu aplikasi, artinya dia diasah dalam kemahiran praktis dengan harapan
outputnya adalah orang yang siap pakai sebagai tenaga teknis (siap kerja).
Lulusan D3 akan mendapat gelar A.Md (ahli Madya). Lulusan D3 dapat melanjutkan
ke jenjang pendidikan S1 melalui program ekstensi S1. Untuk mata kuliah saat D3
yang materinya mirip atau sesuai dnegan kurikulum S1 cukup dikonversi sehingga
nanti cukup mengambil kekurangan SKS untuk mendapat gelar tersebut. Ketentuan
konversi tersebut tergantung dari ketentuan dari masing – masing kampus.
S1 (Strata 1) “Sedikit Analisis dan Konseptual”
Merupakan jenjang pendidikan yang diperkenankan bagi siswa lulus SMA atau D3 yang ingin melanjutkan studinya. Waktu yang diperlukan untuk jenjang S1 paling cepat 3,5 tahun (untuk orang yang ulet dan tekun. Sedangkan lamanya pendidikan adalah tergantung dari mahasiswanya dan ketentuan dari kampus, biasanya 7 tahun (14 semester). Jika mahasiswa lebih dari jangka waktu 7 tahun tersebut maka akan dikeluarkan atau DO.
Dari segi biaya, jenjang pendidikan S1 lebih mahal dibandingkan
dengan S1 karena jumlah mata kuliah atau SKS yang ditempuh lebih banyak
dibandingkan dengan D3. Belum lagi jika mahasiswa cuti kuliah dan skripsinya
ditunda – tunda, sehingga waktu lulus akan lebih lama.
Dari segi materi pembelajaran, S1 ditekankan pada ilmu – ilmu untuk
kepentingan perkembangan IPTEK, dan SDM-nya. Lulusan S1 disiapkan untuk menjadi
peneliti dan bukan tenaga teknis. Lulusan Sarjana diarahkan ke bidang riset dan disiapkan untuk melanjutkan ke
pendidikan yang lebih tinggi sampai jenjang akademis Doktor. Lulusan S1 mendapatkan
pendalaman teori yang kuat dan memiliki kemampuan riset dan analisis yang
mendalam. Produk akhir yang dihasilkan oleh lulusan S1 adalah Skripsi. Gelar
yang diperoleh lulusan S1 adalah Sarjana.
Segi
konseptual, lebih tepat disandang oleh lulusan D3 yang melanjutkan studi ke S1
ekstensi atau S1 kelas karyawan. Hal ini dikarenakan mahasiswa kelas karyawan
dapat mengkolaborasikan semua data (materi) yang diperoleh saat kuliah dan
kondisi pekerjaan. Materi yang diperoleh saat kuliah bisa langsung
diaplikasikan dalam dunia kerja, terutama jika jurusan kuliah yang diambil
sesuai dengan bidang pekerjaannya.
Sumber :
IQ
(Intellegence Quotient)
Orang
sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini
mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak
secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara
efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu
kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena
itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus
disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses
berpikir rasional itu.
Sedangkan
IQ atau singkatan dari Intelligence
Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes
kecerdasan. Tes ini dilakukan untukmengukur kemampuan
intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan
otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Dengan demikian,
IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan
tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.
EQ (Emotional Quotient)
Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan
mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri
sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang
lain. EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para
neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia
memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran
emosional.Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient”
(IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Banyak
orang yang percaya bahwa emosi disebabkan oleh kejadian. Secara nyata dan tanpa
disadari hal ini disebabkan oleh penafsiran kejadian terjadi begitu cepat.
Pemikiran terpisah secara otomatis menimbulkan rekasi emosi. Lalu muncul sebuah
pemikiran tentang pilihan bagaimana kita bersikap, apa yang dikatakan dan
bagaimana mengatasi situasi sulit. Ketepatan sikap dan komunikasi yang efektif
dapat menimbulkan EQ. Seseorang yang memiliki perkembangan emosi yang tinggi
menjadi berfikir sensitif, ketepatan dan kesesuaian pertanyaan secara langsung
mempengaruhi cara berfikir dan bersikap.
Orang
akan bekerja lebih baik manakala kondisi emosinya baik. Perasaan dan hubungan baik
antara satu orang dengan yang lain sangat dibutuhkan dalam sebuah manajemen.
Beberapa orang merasa lebih baik dari yang lain tapi setiap orang bisa belajar.
Tak seperti IQ, yang merupakan bawaan lahir dan tak bisa diubah, EQ justru bisa
dikembangkan. Biasanya IQ akan berkembang seiring dengan bertambahnya umur dan
tingkat kedewasaan seseorang. Pentingnya perkembangan EQ, diperlukan untuk
dapat sukses dalam dunia kerja.
Baik IQ maupun EQ, keduanya diperlukan dalam manajemen. Keduanya
adalah perangkat manajemen (manajemen tools) yang menjadi energi dan kekuatan
bagi seseorang untuk meningkatkan motivasi diri, mengatasi masalah (problem solving) maupun pengambilan
keputusan (decision making).
Pengambilan keputusan didasarkan pada intuitif dan fokus. Berbicara
tentang intuitif, mengingatkan saya pada guru sewaktu SMP. Beliau adalah guru
IPS Sejarah dan Geografi, beliau mengatakan bahwa “Sesuatu yang berkesan akan
sulit untuk dilupakan”. Di setiap mata pelajaran yang beliau sampaikan selalu
disisipi dengan gambar – gambar, yang akan memudahkan murid dalam menghafal
atau mengingat. Jadi meskipun sudah lama berlalu, saya masih terus ingat
meskipun sekarang tidak sedang belajar IPS. Intuitif diperlukan di setiap hal,
terutama dalam bidang pekerjaan. buatlah setiap bagian hidup ini terkesan agar
bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan. Fokus diperlukan dalam pengambilan
keputusan dan mengatasi masalah, agar setiap tindakan yang diambil bisa tepat
dan langsung mengenai akar pemasalahan.
Saling memahami emosi tiap pelaku organisasi sangat berpengaruh pada
perkembangan EQ organisasi atau perusahaan. Sebuah perusahaan yang cakap EQ
manakala:
a.
Setiap pelaku organisasi saling
berkomunikasi dengan rasa saling pengertian dan perhatian
b.
Setiap orang mencanangkan
tujuan bersama dan saling membantu jika menghadapi masalah
c.
Antusias dan percaya diri
seiring dengan semakin meluasnya kegiatan perusahaan
Daniel Golemen,
dalam bukunya Emotional
Intelligence (1994)
menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 %
dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut
Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ
mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ
tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan
kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk
menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Sumber : http://www.workingresources.com/professionaleffectivenessarticles/article.nhtml?uid=10029
HAL – HAL
YANG PERLU DINYATAKAN DALAM ORGANISASI (PERUSAHAAN)
·
VISI dan MISI
Visi merupakan cita – cita. Pernyataan visi seringkali dipandang
sebagai langkah pertama dari perencanaan strategis suatu perusahaan. Misi
merupakan visi yang dituangkan dalam pernyataan. Misi mencakup pernyataan
tujuan yang secara jelas membedakan satu bisnis dari perusahaan – perusahaan
lain yang sejenis. Pernyataan misi yang jelas melukiskan nilai dan prioritas
dari sebuah perusahaan
Menurut Fred R. David dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Stratejik
Konsep” menyatakan bahwa dalam misi harus ada 9 komponen pernyataan, yaitu
pernyataan tentang :
1.
Produk/jasa àApakah produk/jasa utama perusahaan?
2.
Pelanggan/pelanggan àSiapakah konsumen perusahaan?
3.
Pasar à
Secara geografis, dimanakah perusahaan bersaing?
4.
Teknologi à Apakah perusahaan canggih secara teknologi
5.
Filosofi atau nilai – nilai
tentang perusahaan à Apakah keyakinan, nilai, aspirasi, prioritas etis dasar perusahaan
6.
Fokus pada karyawan à Karyawan dipandang sebagai aset perusahaan yang berharga
7.
Fokus pada kelangsungan hidup,
pertumbuhan dan profitabilitas à Apakah perusahaan komitmen terhadap pertumbuhan dan kondisi
keuangan yang sehat
8.
Fokus pada citra publik à Apakah perusahaan responsif terhadap masalah – masalah sosial,
komunitas, dan lingkungan hidup
9.
Konsep diri à Apakah kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif utama
perusahaan
·
NILAI (VALUE/CULTURE)
“Kebobrokan
dan kehancuran perusahaan sering berawal dari nilai-nilai mereka yang menjadi pembuat keputusan dan kebijakan.
Organisasi yang memiliki pimpinan dengan
nilai-nilai mempertahankan status quo, ketamakan, yang kuat yang menang, aji mumpung, asal bapak senang, dijamin akan
menuju kejurang kehancuran organisasinya.”
Nilai – nilai atau
bahasa tepatnya values merupakan
suatu tuntunan atau pedoman yang mendasari bagaimana seseorang atau sebuah
organisasi berpikir, mengambil keputusan, bersikap dan bertindak. Nilai – nilai
merupakan gambaran dialog yang selalu terjadi dalam diri kita yang menentukan
apa yang penting dan apa yang tidak. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh
dilakukan. Apa yang benar dan apa yang salah. Nilai – nilai merupakan dasar
terdalam, acuan dan motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan.
Nilai – nilai organisasi
ini bukanlah nilai -nilai yang ditulis
atau tertuang dalam plakat karena organisasi ini telah menyewa konsultan
manajemen untuk membantu merumuskannya. Nilai – nilai organisasi adalah apa yang
secara aktual memang menjadi praktek dari organisasi tersebut. Jika suatu
organisasi bisnis berniat kuat untuk melakukan perubahan menuju efisiensi dan
efektifitas serta membangun kemampuan fleksibilitas yang tinggi maka mau tidak
mau organisasi tersebut secara mendasar perlu menyesuaikan nilai – nilai organisasi
model lamanya dengan nilai-nilai organisasi yang baru yang cocok dengan
kebutuhannya untuk berubah menjadi fleksibel, inovatif dan efisien. Darimana
perusahaan bisa memulai untuk melakukan perubahan nilai – nilai di dalam
organisasinya?
Perubahan nilai-nilai
organisasi bisa dilakukan melalui dua jalur dan kedua-duanya harus ditempuh
secara bersamaan karena jika tidak maka perubahan nilai – nilai akan mengalami
kepincangan dalam prakteknya. Jalur pertama adalah melalui keteladanan nilai – nilai
oleh jajaran pimpinannya. Jalur kedua adalah melalui penciptaan sistem
organisasi dan teknologi yang akan mengarahkan orang mau tidak mau mengikuti
penyesuaian perubahan ke nilai – nilai baru. Jalur kedua akan dibahas pada poin
berikutnya mengenai sistem dan teknologi.
Jalur pertama
membutuhkan waktu pembinaan selama paling tidak tiga tahun untuk merekonstruksi
kembali nilai – nilai suatu organisasi. Namun jalur inilah yang sebenarnya
menjadi dasar kesuksesan transformasi suatu organisasi. Melalui jalur ini para
pimpinan dibentuk kembali agar terjalin koneksitas hatinya dengan kepentingan
perusahaan. Dalam proses perubahan nilai ini mungkin sekali akan terjadi adanya
pergantian personel karena dalam tahapan yang dilalui akan terlihat dengan jelas
apakah seorang pimpinan fit atau tidak untuk organisasi tersebut.
Penanaman nilai – nilai
organisasi juga efektif bila dilakukan melalui program "value based leadership". Program
ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan pengembangan karakter kepemimpinan
yang mengadopsi nilai – nilai yang sesuai dengan yang diinginkan oleh
perusahaan tempatnya bekerja. Pendekatan meditasi dan peninjauan diri secara
bertahap memungkinkan para pimpinan melihat secara jernih apa – apa dalam
dirinya yang tidak koheren dan tidak sesuai untuk 'hidup' dalam lingkungan
organisasinya.
Banyak juga
perusahaan multinasional yang menggunakan pendekatan logis untuk melakukan
penanaman nilai yaitu mengundang pembicara yang menyajikan sisi logis
keuntungan untuk berubah dan dampak buruk jika kita tak berubah. Dengan
menggunakan pendekatan semacam ini biasanya hasil yang diperoleh adalah
'hangat-hangat tahi ayam' – peserta kelihatan berubah mengadopsi nilai baru
tapi hanya untuk sementara saja. Ketika mereka kembali ke habitat pekerjaan
yang penuh dengan deadlines, jadwal meeting yang padat dan menyita waktu
maka muncul kembali watak dan perilaku yang mencerminkan nilai lama.
Ketidaksabaran, pertengkaran (turf battle)
dan perselisihan antara divisi kembali semarak.
Sumber :
·
SISTEM dan PELAKU ORGANSASI (PEOPLE)
Sebuah sistem adalah sebuah koleksi terorganisir dari bagian
– bagian yang sangat
terintegrasi untuk mencapai tujuan secara keseluruhan. Sistem ini memiliki berbagai masukan
yang diolah untuk menghasilkan output tertentu, yang bersama – sama, mencapai
tujuan keseluruhan yang diinginkan oleh organisasi. Ada umpan balik antara
berbagai bagian ini untuk memastikan mereka tetap selaras untuk mencapai tujuan
keseluruhan organisasi. Ada beberapa kelas sistem, mulai dari yang sederhana
kerangka sangat sampai ke sistem sosial, mana yang paling kompleks. Organisasi tentu
saja merupakan suatu sistem sosial.
Suatu perusahaan memiliki bagian
– bagian sistem terpenting. Berikut sistem dan pembagian tugasnya :
1.
Komisaris : Pemilik dari perusahaan.
2.
Direktur bertugas mengepalai semua
prosedur yang berjalan dalam suatu perusahaan. Direktur terdiri dari:
a. Presiden Direktur, bertugas untuk
memanage berjalannya suatu pelaksana yang akan dirinci seperti akan misalnya
sebuah kerja sama yang akan dilakukan kedalam perusahaan lain membantu
president direktur.
b. Presiden Manager, bertugas
memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa atau
seluruh manajer fungsional.
3.
Manajer umum, adalah manajer yang
memiliki tanggung jawab seluruh bagian/fungsional pada suatu perusahaan atau
organisasi.
4.
Manajer, memiliki tanggung jawab pada satu bagian fungsional pada suatu
perusahaan atau organisasi.
5.
Supervisor, bertugas
untuk mengawasi atau mengamati suatu kegiatan yang dijalankan dalam sebuah
perusahaan. seorang supervisor tidak berkenan untuk mengatur yang ada dalam
perusahaan.
6.
Kepala Bagian, bertugas untuk mengikutsertakan anggotanya pada berjalannya suatu
kegiatan yang ada pada perusahaan.
7.
Anggota, bertugas untuk menjalankan produksi.
Sistem organisasi Penanaman
nilai – nilai organisasi yang baru adalah melalui, fasilitas infrastruktur dan
manajemen informasi. Agar suatu organisasi berhasil dalam melakukan inovasi
maka jalur informasi pasar yang dimiliki oleh divisi pemasaran dan penjualan
harus mengalir secara langsung kebagian pengembangan produk. Proses mengalirnya
informasi ini akan jalan manakala organisasi terbiasa berbagi informasi penting dan diantara divisi tidak terjadi
saling menyembunyikan informasi yang hanya akan digunakan sebagai senjata
pamungkas pada debat meeting antar divisi.
Jika penilaian
kinerja karyawan sangat menekankan pada prestasi individu tanpa ada bintang
yang diberikan untuk prestasi karena adanya kerjasama atau prestasi kolektif
maka yang akan timbul adalah budaya kerajaan – kerajaan kecil. Product development akan kesulitan
mencari informasi dari penjualan sebaliknya penjualan kesulitan bekerjasama
dengan bagian riset dan seterusnya. Walhasil inovasi, yang sangat membutuhkan
suasana kerjasama dan keterbukaan informasi, akan sulit terjadi dan diwujudkan
dalam organisasi seperti ini.
Seorang pemimpin yang
benar-benar mau memajukan suatu organisasi tidak akan hanya melakukan perbaikan
yang sifatnya kosmetik saja namun juga perbaikan mendasar. Perbaikan mendasar
organisasi ini memang akan membuahkan hasil setelah paling tidak tiga tahun
melakukan perbaikan sistem organisasi. Bagi para pimpinan perusahaan yang
memang concern dengan kemajuan jangka panjang rentang waktu ini bukanlah suatu
halangan tetapi merupakan tantangan mereka bahwa gebrakan – gebrakan yang
dilakukannya memang akan membawa perusahaan untuk menjadi sustainable growing company.
·
TEKNOLOGI
Penggunaan
TI (Teknologi Informasi) dalam sebuah organisasi sangatlah penting, dan untuk
menerapkan TI tersebut haruslah dilihat karakteristik organisasi tersebut
sebelumnya. Peran teknologi informasi bagi sebuah perusahaan dapat dilihat
dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry. Terdapat lima
peranan teknologi informasi di sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu:
1)
Fungsi Operasional
Membuat struktur
organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi
informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi
organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan
fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap
sebagai firm infrastructure.
2)
Fungsi Monitoring
and Control
Mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan
menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial
embedded di dalam setiap fungsi manajer. Sehingga struktur organisasi unit
terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer
relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para
manajer di perusahaan terkait.
3)
Fungsi Planning
and Decision
Mengangkat teknologi informasi ke tataran peranan yang lebih
strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana bisnis
perusahaan dan merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan
perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan
penting sehari-harinya.
4)
Fungsi Communication
Secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure
dalam era organisasi modern, dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya
sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi,
berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.
5)
Fungsi Interorganisational
Merupakan sebuah
peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa
perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah
perusahaan lain. Tipe dan fungsi peranan teknologi informasi ini secara
langsung akan berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi
perusahaan, dan struktur organisasi departemen, divisi, atau unit terkait
dengan sistem informasi, teknologi informasi, dan manajemen informasi.
Pembangunan teknologi
informasi perusahaan dilakukan secara bertahap sebelum sebuah sistem holistik
atau menyeluruh selesai dibangun, hal tersebut disesuaikan dengan kekuatan
sumber daya yang dimiliki. Dalam penerapannya, rencana strategis teknologi
informasi senantiasa di selaraskan dengan rencana perusahaan, agar setiap
penerapan teknologi informasi dapat memberikan nilai bagi perusahaan.
Keuntungan – keuntungan
penerapan teknologi IT di perusahaan tersebut, misalnya seperti:
a)
Manual menjadi
otomatis, dan hal ini mengurangi biaya untuk tenaga kerja, alat tulis, dan
lain-lain.
b)
Waktu mengerjakan
yang lebih cepat dengan adanya IT.
c)
Pengambilan keputusan
yang lebih cepat, karena dengan IT maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh
dengan cepat.
d)
Menghemat biaya
promosi dan pemasaran.
e)
Sistem dapat
terintegrasi di semua kantor atau perusahaan, dan hal ini dapat meningkatkan
kecepatan dalam merespon sesuatu dan pihak manajemen akan dengan cepat
mengetahui kondisi perusahaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar