Selasa, 30 September 2014

Pertemuan Ke-2 Perilaku Organisasi

D3 VS S1


Saya adalah salah satu mahasiswa lulusan D3 dan sekarang menempuh pendidikan S1. Saya merasa terdapat perbedaan antara jenjang pendidikan D3 dan S1, apa saja perbedaan tersebut?? Cek this out

D3 (Diploma 3) “Praktis, Ekonomis, dan Terapan”

Merupakan jenjang pendidikan yang diperkenankan bagi siswa lulus SMA yang mana masa studi yang diperlukan cukup 3 tahun. Sistem kuliah pun ditetapkan secara paket sehingga mau tidak mau harus selesai dalam 3 tahun masa studi tersebut. Sehingga dalam D3 tidak perlu pusing memikirkan mata kuliah mana yang mesti diambil, karena semua sudah disiapkan paketnya untuk setiap semester. Oleh karena itu D3 lebih praktis dan ga ribet. Produk akhir yang dihasilkan oleh lulusan D3 adalah semacam laporan akhir berupaka karya tulis ilmiah yang disebut dengan Tugas Akhir yang merupakan hasil dari magang di sebuah perusahaan/instansi.
Dari segi ekonomi, biaya kuliah pendidikan D3 terbilang lebih ekonomis dibandingkan dengan S1 karena masa studinya lebih singkat dibandingkan S1.
Dari segi materi pembelajaran, Untuk D3 akan diberikan 75% praktik dan 25% teori sehingga D3 lebih ke penerapan. D3 lebih ditekankan pada ilmu – ilmu aplikasi, artinya dia diasah dalam kemahiran praktis dengan harapan outputnya adalah orang yang siap pakai sebagai tenaga teknis (siap kerja). Lulusan D3 akan mendapat gelar A.Md (ahli Madya). Lulusan D3 dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan S1 melalui program ekstensi S1. Untuk mata kuliah saat D3 yang materinya mirip atau sesuai dnegan kurikulum S1 cukup dikonversi sehingga nanti cukup mengambil kekurangan SKS untuk mendapat gelar tersebut. Ketentuan konversi tersebut tergantung dari ketentuan dari masing – masing kampus.

S1 (Strata 1) “Sedikit Analisis dan Konseptual”

Merupakan jenjang pendidikan yang diperkenankan bagi siswa lulus SMA atau D3 yang ingin melanjutkan studinya. Waktu yang diperlukan untuk jenjang S1 paling cepat 3,5 tahun (untuk orang yang ulet dan tekun. Sedangkan lamanya pendidikan adalah tergantung dari mahasiswanya dan ketentuan dari kampus, biasanya 7 tahun (14 semester). Jika mahasiswa lebih dari jangka waktu 7 tahun tersebut maka akan dikeluarkan atau DO.
Dari segi biaya, jenjang pendidikan S1 lebih mahal dibandingkan dengan S1 karena jumlah mata kuliah atau SKS yang ditempuh lebih banyak dibandingkan dengan D3. Belum lagi jika mahasiswa cuti kuliah dan skripsinya ditunda – tunda, sehingga waktu lulus akan lebih lama.
Dari segi materi pembelajaran, S1 ditekankan pada ilmu – ilmu untuk kepentingan perkembangan IPTEK, dan SDM-nya. Lulusan S1 disiapkan untuk menjadi peneliti dan bukan tenaga teknis. Lulusan Sarjana diarahkan ke bidang riset dan disiapkan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi sampai jenjang akademis Doktor. Lulusan S1 mendapatkan pendalaman teori yang kuat dan memiliki kemampuan riset dan analisis yang mendalam. Produk akhir yang dihasilkan oleh lulusan S1 adalah Skripsi. Gelar yang diperoleh lulusan S1 adalah Sarjana.
Segi konseptual, lebih tepat disandang oleh lulusan D3 yang melanjutkan studi ke S1 ekstensi atau S1 kelas karyawan. Hal ini dikarenakan mahasiswa kelas karyawan dapat mengkolaborasikan semua data (materi) yang diperoleh saat kuliah dan kondisi pekerjaan. Materi yang diperoleh saat kuliah bisa langsung diaplikasikan dalam dunia kerja, terutama jika jurusan kuliah yang diambil sesuai dengan bidang pekerjaannya. 
Sumber :



IQ dan EQ



IQ (Intellegence Quotient)
Orang sering kali menyamakan arti inteligensi dengan IQ, padahal kedua istilah ini mempunyai perbedaan arti yang sangat mendasar. Menurut David Wechsler, inteligensi adalah kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu.
Sedangkan IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. Tes ini dilakukan untukmengukur kemampuan intelektual, analisis, logika, dan rasio seseorang. IQ merupakan kecerdasan otak untuk menerima, menyimpan, dan mengolah informasi menjadi fakta. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan seseorang secara keseluruhan.

EQ (Emotional Quotient)

Kecerdasan Emosional (EQ) adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri, serta kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain. EQ adalah istilah baru yang dipopulerkan oleh Daniel Golleman. Berdasarkan hasil penelitian para neurolog dan psikolog, Goleman (1995) berkesimpulan bahwa setiap manusia memiliki dua potensi pikiran, yaitu pikiran rasional dan pikiran emosional.Pikiran rasional digerakkan oleh kemampuan intelektual atau “Intelligence Quotient” (IQ), sedangkan pikiran emosional digerakkan oleh emosi.
Banyak orang yang percaya bahwa emosi disebabkan oleh kejadian. Secara nyata dan tanpa disadari hal ini disebabkan oleh penafsiran kejadian terjadi begitu cepat. Pemikiran terpisah secara otomatis menimbulkan rekasi emosi. Lalu muncul sebuah pemikiran tentang pilihan bagaimana kita bersikap, apa yang dikatakan dan bagaimana mengatasi situasi sulit. Ketepatan sikap dan komunikasi yang efektif dapat menimbulkan EQ. Seseorang yang memiliki perkembangan emosi yang tinggi menjadi berfikir sensitif, ketepatan dan kesesuaian pertanyaan secara langsung mempengaruhi cara berfikir dan bersikap.
Orang akan bekerja lebih baik manakala kondisi emosinya baik. Perasaan dan hubungan baik antara satu orang dengan yang lain sangat dibutuhkan dalam sebuah manajemen. Beberapa orang merasa lebih baik dari yang lain tapi setiap orang bisa belajar. Tak seperti IQ, yang merupakan bawaan lahir dan tak bisa diubah, EQ justru bisa dikembangkan. Biasanya IQ akan berkembang seiring dengan bertambahnya umur dan tingkat kedewasaan seseorang. Pentingnya perkembangan EQ, diperlukan untuk dapat sukses dalam dunia kerja.



Baik IQ maupun EQ, keduanya diperlukan dalam manajemen. Keduanya adalah perangkat manajemen (manajemen tools) yang menjadi energi dan kekuatan bagi seseorang untuk meningkatkan motivasi diri, mengatasi masalah (problem solving) maupun pengambilan keputusan (decision making).
Pengambilan keputusan didasarkan pada intuitif dan fokus. Berbicara tentang intuitif, mengingatkan saya pada guru sewaktu SMP. Beliau adalah guru IPS Sejarah dan Geografi, beliau mengatakan bahwa “Sesuatu yang berkesan akan sulit untuk dilupakan”. Di setiap mata pelajaran yang beliau sampaikan selalu disisipi dengan gambar – gambar, yang akan memudahkan murid dalam menghafal atau mengingat. Jadi meskipun sudah lama berlalu, saya masih terus ingat meskipun sekarang tidak sedang belajar IPS. Intuitif diperlukan di setiap hal, terutama dalam bidang pekerjaan. buatlah setiap bagian hidup ini terkesan agar bisa menjadi kenangan yang tak terlupakan. Fokus diperlukan dalam pengambilan keputusan dan mengatasi masalah, agar setiap tindakan yang diambil bisa tepat dan langsung mengenai akar pemasalahan.
Saling memahami emosi tiap pelaku organisasi sangat berpengaruh pada perkembangan EQ organisasi atau perusahaan. Sebuah perusahaan yang cakap EQ manakala:
a.       Setiap pelaku organisasi saling berkomunikasi dengan rasa saling pengertian dan perhatian
b.      Setiap orang mencanangkan tujuan bersama dan saling membantu jika menghadapi masalah
c.       Antusias dan percaya diri seiring dengan semakin meluasnya kegiatan perusahaan
Daniel Golemen, dalam bukunya Emotional Intelligence (1994) menyatakan bahwa “kontribusi IQ bagi keberhasilan seseorang hanya sekitar 20 % dan sisanya yang 80 % ditentukan oleh serumpun faktor-faktor yang disebut Kecerdasan Emosional. Dari nama teknis itu ada yang berpendapat bahwa kalau IQ mengangkat fungsi pikiran, EQ mengangkat fungsi perasaan. Orang yang ber-EQ tinggi akan berupaya menciptakan keseimbangan dalam dirinya; bisa mengusahakan kebahagian dari dalam dirinya sendiri dan bisa mengubah sesuatu yang buruk menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat.
Kecerdasan emosional dapat diartikan dengan kemampuan untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih positif. Seseorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai segi.
Sumber : http://www.workingresources.com/professionaleffectivenessarticles/article.nhtml?uid=10029




HAL – HAL YANG PERLU DINYATAKAN DALAM ORGANISASI (PERUSAHAAN)


·         VISI dan MISI
Visi merupakan cita – cita. Pernyataan visi seringkali dipandang sebagai langkah pertama dari perencanaan strategis suatu perusahaan. Misi merupakan visi yang dituangkan dalam pernyataan. Misi mencakup pernyataan tujuan yang secara jelas membedakan satu bisnis dari perusahaan – perusahaan lain yang sejenis. Pernyataan misi yang jelas melukiskan nilai dan prioritas dari sebuah perusahaan
Menurut Fred R. David dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Stratejik Konsep” menyatakan bahwa dalam misi harus ada 9 komponen pernyataan, yaitu pernyataan tentang :
1.       Produk/jasa àApakah produk/jasa utama perusahaan?
2.       Pelanggan/pelanggan àSiapakah konsumen perusahaan?
3.       Pasar à Secara geografis, dimanakah perusahaan bersaing?
4.       Teknologi à Apakah perusahaan canggih secara teknologi
5.       Filosofi atau nilai – nilai tentang perusahaan à Apakah keyakinan, nilai, aspirasi, prioritas etis dasar perusahaan
6.       Fokus pada karyawan à Karyawan dipandang sebagai aset perusahaan yang berharga
7.       Fokus pada kelangsungan hidup, pertumbuhan dan profitabilitas à Apakah perusahaan komitmen terhadap pertumbuhan dan kondisi keuangan yang sehat
8.       Fokus pada citra publik à Apakah perusahaan responsif terhadap masalah – masalah sosial, komunitas, dan lingkungan hidup
9.       Konsep diri à Apakah kompetensi khusus atau keunggulan kompetitif utama perusahaan


·         NILAI (VALUE/CULTURE)

“Kebobrokan dan kehancuran perusahaan sering berawal dari nilai-nilai mereka yang  menjadi pembuat keputusan dan kebijakan. Organisasi yang memiliki pimpinan  dengan nilai-nilai mempertahankan status quo, ketamakan, yang kuat yang menang,  aji mumpung, asal bapak senang, dijamin akan menuju kejurang kehancuran organisasinya.”

Nilai – nilai atau bahasa tepatnya values merupakan suatu tuntunan atau pedoman yang mendasari bagaimana seseorang atau sebuah organisasi berpikir, mengambil keputusan, bersikap dan bertindak. Nilai – nilai merupakan gambaran dialog yang selalu terjadi dalam diri kita yang menentukan apa yang penting dan apa yang tidak. Apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan. Apa yang benar dan apa yang salah. Nilai – nilai merupakan dasar terdalam, acuan dan motor penggerak motivasi, sikap dan tindakan.
Nilai – nilai organisasi ini bukanlah nilai -nilai  yang ditulis atau tertuang dalam plakat karena organisasi ini telah menyewa konsultan manajemen untuk membantu merumuskannya. Nilai – nilai organisasi adalah apa yang secara aktual memang menjadi praktek dari organisasi tersebut. Jika suatu organisasi bisnis berniat kuat untuk melakukan perubahan menuju efisiensi dan efektifitas serta membangun kemampuan fleksibilitas yang tinggi maka mau tidak mau organisasi tersebut secara mendasar perlu menyesuaikan nilai – nilai organisasi model lamanya dengan nilai-nilai organisasi yang baru yang cocok dengan kebutuhannya untuk berubah menjadi fleksibel, inovatif dan efisien. Darimana perusahaan bisa memulai untuk melakukan perubahan nilai – nilai di dalam organisasinya?
Perubahan nilai-nilai organisasi bisa dilakukan melalui dua jalur dan kedua-duanya harus ditempuh secara bersamaan karena jika tidak maka perubahan nilai – nilai akan mengalami kepincangan dalam prakteknya. Jalur pertama adalah melalui keteladanan nilai – nilai oleh jajaran pimpinannya. Jalur kedua adalah melalui penciptaan sistem organisasi dan teknologi yang akan mengarahkan orang mau tidak mau mengikuti penyesuaian perubahan ke nilai – nilai baru. Jalur kedua akan dibahas pada poin berikutnya mengenai sistem dan teknologi.
Jalur pertama membutuhkan waktu pembinaan selama paling tidak tiga tahun untuk merekonstruksi kembali nilai – nilai suatu organisasi. Namun jalur inilah yang sebenarnya menjadi dasar kesuksesan transformasi suatu organisasi. Melalui jalur ini para pimpinan dibentuk kembali agar terjalin koneksitas hatinya dengan kepentingan perusahaan. Dalam proses perubahan nilai ini mungkin sekali akan terjadi adanya pergantian personel karena dalam tahapan yang dilalui akan terlihat dengan jelas apakah seorang pimpinan fit atau tidak untuk organisasi tersebut.
Penanaman nilai – nilai organisasi juga efektif bila dilakukan melalui program "value based leadership". Program ini dijalankan dengan menggunakan pendekatan pengembangan karakter kepemimpinan yang mengadopsi nilai – nilai yang sesuai dengan yang diinginkan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Pendekatan meditasi dan peninjauan diri secara bertahap memungkinkan para pimpinan melihat secara jernih apa – apa dalam dirinya yang tidak koheren dan tidak sesuai untuk 'hidup' dalam lingkungan organisasinya.
Banyak juga perusahaan multinasional yang menggunakan pendekatan logis untuk melakukan penanaman nilai yaitu mengundang pembicara yang menyajikan sisi logis keuntungan untuk berubah dan dampak buruk jika kita tak berubah. Dengan menggunakan pendekatan semacam ini biasanya hasil yang diperoleh adalah 'hangat-hangat tahi ayam' – peserta kelihatan berubah mengadopsi nilai baru tapi hanya untuk sementara saja. Ketika mereka kembali ke habitat pekerjaan yang penuh dengan deadlines, jadwal meeting yang padat dan menyita waktu maka muncul kembali watak dan perilaku yang mencerminkan nilai lama. Ketidaksabaran, pertengkaran (turf battle) dan perselisihan antara divisi kembali semarak.

Sumber :


·         SISTEM dan PELAKU ORGANSASI (PEOPLE)
Sebuah sistem adalah sebuah koleksi terorganisir dari bagian – bagian yang sangat terintegrasi untuk mencapai tujuan secara keseluruhan. Sistem ini memiliki berbagai masukan yang diolah untuk menghasilkan output tertentu, yang bersama – sama, mencapai tujuan keseluruhan yang diinginkan oleh organisasi. Ada umpan balik antara berbagai bagian ini untuk memastikan mereka tetap selaras untuk mencapai tujuan keseluruhan organisasi. Ada beberapa kelas sistem, mulai dari yang sederhana kerangka sangat sampai ke sistem sosial, mana yang paling kompleks. Organisasi tentu saja merupakan suatu sistem sosial.
Suatu perusahaan memiliki bagian – bagian sistem terpenting. Berikut sistem dan pembagian tugasnya :
1.       Komisaris : Pemilik dari perusahaan.
2.       Direktur bertugas mengepalai semua prosedur yang berjalan dalam suatu perusahaan. Direktur terdiri dari:
a.       Presiden Direktur, bertugas untuk memanage berjalannya suatu pelaksana yang akan dirinci seperti akan misalnya sebuah kerja sama yang akan dilakukan kedalam perusahaan lain membantu president direktur.
b.      Presiden Manager, bertugas memimpin beberapa unit bidang fungsi pekerjaan yang mengepalai beberapa atau seluruh manajer fungsional.
3.       Manajer umum, adalah  manajer yang memiliki tanggung jawab seluruh bagian/fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi.
4.       Manajer, memiliki tanggung jawab pada satu bagian fungsional pada suatu perusahaan atau organisasi.
5.       Supervisor, bertugas untuk mengawasi atau mengamati suatu kegiatan yang dijalankan dalam sebuah perusahaan. seorang supervisor tidak berkenan untuk mengatur yang ada dalam perusahaan.
6.       Kepala Bagian, bertugas untuk mengikutsertakan anggotanya pada berjalannya suatu kegiatan yang ada pada perusahaan.
7.       Anggota, bertugas untuk menjalankan produksi.
Sistem organisasi Penanaman nilai – nilai organisasi yang baru adalah melalui, fasilitas infrastruktur dan manajemen informasi. Agar suatu organisasi berhasil dalam melakukan inovasi maka jalur informasi pasar yang dimiliki oleh divisi pemasaran dan penjualan harus mengalir secara langsung kebagian pengembangan produk. Proses mengalirnya informasi ini akan jalan manakala organisasi terbiasa berbagi  informasi penting dan diantara divisi tidak terjadi saling menyembunyikan informasi yang hanya akan digunakan sebagai senjata pamungkas pada debat meeting antar divisi.
Jika penilaian kinerja karyawan sangat menekankan pada prestasi individu tanpa ada bintang yang diberikan untuk prestasi karena adanya kerjasama atau prestasi kolektif maka yang akan timbul adalah budaya kerajaan – kerajaan kecil. Product development akan kesulitan mencari informasi dari penjualan sebaliknya penjualan kesulitan bekerjasama dengan bagian riset dan seterusnya. Walhasil inovasi, yang sangat membutuhkan suasana kerjasama dan keterbukaan informasi, akan sulit terjadi dan diwujudkan dalam organisasi seperti ini.
Seorang pemimpin yang benar-benar mau memajukan suatu organisasi tidak akan hanya melakukan perbaikan yang sifatnya kosmetik saja namun juga perbaikan mendasar. Perbaikan mendasar organisasi ini memang akan membuahkan hasil setelah paling tidak tiga tahun melakukan perbaikan sistem organisasi. Bagi para pimpinan perusahaan yang memang concern dengan kemajuan jangka panjang rentang waktu ini bukanlah suatu halangan tetapi merupakan tantangan mereka bahwa gebrakan – gebrakan yang dilakukannya memang akan membawa perusahaan untuk menjadi sustainable growing company.



·         TEKNOLOGI
                Penggunaan TI (Teknologi Informasi) dalam sebuah organisasi sangatlah penting, dan untuk menerapkan TI tersebut haruslah dilihat karakteristik organisasi tersebut sebelumnya. Peran teknologi informasi bagi sebuah perusahaan dapat dilihat dengan menggunakan kategori yang diperkenalkan oleh G.R. Terry. Terdapat lima peranan teknologi informasi di sebuah perusahaan atau organisasi, yaitu:
1)          Fungsi Operasional
Membuat struktur organisasi menjadi lebih ramping telah diambil alih fungsinya oleh teknologi informasi. Karena sifat penggunaannya yang menyebar di seluruh fungsi organisasi, unit terkait dengan manajemen teknologi informasi akan menjalankan fungsinya sebagai supporting agency dimana teknologi informasi dianggap sebagai firm infrastructure.
2)          Fungsi Monitoring and Control
Mengandung arti bahwa keberadaan teknologi informasi akan menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aktivitas di level manajerial embedded di dalam setiap fungsi manajer. Sehingga struktur organisasi unit terkait dengannya harus dapat memiliki span of control atau peer relationship yang memungkinkan terjadinya interaksi efektif dengan para manajer di perusahaan terkait.
3)          Fungsi Planning and Decision
Mengangkat teknologi informasi ke tataran peranan yang lebih strategis lagi karena keberadaannya sebagai enabler dari rencana bisnis perusahaan dan merupakan sebuah knowledge generator bagi para pimpinan perusahaan yang dihadapkan pada realitas untuk mengambil sejumlah keputusan penting sehari-harinya.
4)          Fungsi Communication
Secara prinsip termasuk ke dalam firm infrastructure dalam era organisasi modern, dimana teknologi informasi ditempatkan posisinya sebagai sarana atau media individu perusahaan dalam berkomunikasi, berkolaborasi, berkooperasi, dan berinteraksi.
5)          Fungsi Interorganisational
Merupakan sebuah peranan yang cukup unik karena dipicu oleh semangat globalisasi yang memaksa perusahaan untuk melakukan kolaborasi atau menjalin kemitraan dengan sejumlah perusahaan lain. Tipe dan fungsi peranan teknologi informasi ini secara langsung akan berpengaruh terhadap rancangan atau desain struktur organisasi perusahaan, dan struktur organisasi departemen, divisi, atau unit terkait dengan sistem informasi, teknologi informasi, dan manajemen informasi.
Pembangunan teknologi informasi perusahaan dilakukan secara bertahap sebelum sebuah sistem holistik atau menyeluruh selesai dibangun, hal tersebut disesuaikan dengan kekuatan sumber daya yang dimiliki. Dalam penerapannya, rencana strategis teknologi informasi senantiasa di selaraskan dengan rencana perusahaan, agar setiap penerapan teknologi informasi dapat memberikan nilai bagi perusahaan.
Keuntungan – keuntungan penerapan teknologi IT di perusahaan tersebut, misalnya seperti:
a)      Manual menjadi otomatis, dan hal ini mengurangi biaya untuk tenaga kerja, alat tulis, dan lain-lain.
b)      Waktu mengerjakan yang lebih cepat dengan adanya IT.
c)       Pengambilan keputusan yang lebih cepat, karena dengan IT maka data yang dibutuhkan dapat diperoleh dengan cepat.
d)      Menghemat biaya promosi dan pemasaran.
e)      Sistem dapat terintegrasi di semua kantor atau perusahaan, dan hal ini dapat meningkatkan kecepatan dalam merespon sesuatu dan pihak manajemen akan dengan cepat mengetahui kondisi perusahaan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar