TASK
TALENT
Suatu
ketika saya iseng bertanya pada beberapa rekan dan kerabat tentang apa itu talent
atau bakat. Mau tahu apa yang saya dapatkan?
Sebagian
mengatakan bahwa Talent itu adalah potensi dari seseorang. Jadi ibarat tanaman
Talent adalah bibit yang merupakan cikal bakal yang mungkin belum berkembang.
Sebagian
lagi berpendapat Talent itu adalah kemampuan khusus dan unik yang dimiliki oleh
seseorang. Seperti halnya orang yang berbakat menyanyi, menari, main gitar dll.
Saking uniknya, maka banyak orang berpendapat bahwa dirinya atau anaknya tidak
berbakat.
Ada
lagi yang berpendapat bahwa Talent itu anugrah (gift) dari Yang Maha Kuasa.
Sifatnya bawaan sejak lahir.
Kemudian
dari beberapa rekan HRD ada juga pendapat bahwa Talent itu adalah orang atau
karyawan yang potensial.
Ternyata
jawaban yang saya dapatkan cukup beragam, belum lagi sebagian besar yang
menjawab bingung atau tidak tahu.
Jawaban-jawaban
yang saya dapatkan dari pertanyaan iseng di atas, memperlihatkan betapa di
masyarakat kita saat ini terdapat banyak sekali pemahaman tentang Talent yang
pada kenyataannya belum tentu tepat juga.
Ini yang harus diluruskan, karena dengan pemahaman yang tidak tepat kita bisa salah kaprah dalam memperlakukan Talent yang dimiliki seseorang, Sayang tho…?
Nah konsep inilah yang saat ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam dunia pendidikan dan perkembangan, untuk dijadikan dasar bagi pengembangan diri anak dan perencanaan karir bagi seseorang. Atau bahkan beberapa tahun yang lalu dikembangkan sebagai dasar pengelolaan SDM di organisasi dengan konsep Talent Based Human Resources Management.
Semoga dengan pemaparan ini, kita tidak lagi bingung tentang apa itu Talent.
Jadi sebenarnya apa sih Talent itu..? Berdasarkan
konsep yang berkembang saat ini, sebenarnya ada dua kerangka besaran mengenai
Talent.
Yang
pertama, adalah Talent yang diartikan sebagai Orang atau SDM yang HiPo
(High Potential). Pemahaman inilah yang menjadi awal mula munculnya
konsep Talent Management di kalangan organisasi saat ini. Karena
Talent diartikan sebagai Karyawan Potensial, maka konsep Talent Management
berbicara tentang Sistem Pengelolaan Karyawan Berpotensi. Konsep ini muncul
karena kesadaran organisasi bahwa SDM yang handal adalah kunci keberhasilan
organisasi. Oleh karenanya SDM yang handal dan potensial tersebut harus
dikelola secara baik sesuai dengan kebtuhan dan strategi organisasi.
Yang
kedua, adalah Talent yang diartikan sebagai Bakat atau Talenta yang
melekat dalam diri seseorang. Bakat yang dimaksud disini adalah Sekumpulan
karakteristik alamiah seseorang, yang merupakan accelerator, faktor yang
mempercepat penguasaan skill atau kompetensi seseorang serta mendorong
munculnya performance yang luar biasa.
Karateristik
seseorang yang bisa kita gunakan untuk melihat bakat bisa kita golongkan jadi
3:
- Kecerdasan: yakni sense kecerdasan seseorang pada aspek-aspek seperti linguistic, numerical logic, kinestetic, visual-spatial, music, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
- Dispotision: yakni proses mental atau karakter yang memperlihatkan kebiasaan atau tendensi seseorang untuk berperilaku.
- Physical: karakteristik fisik atau tubuh yang meliputi postur, struktur otot, struktur tulang.
Nah
konsep inilah yang saat ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam dunia
pendidikan dan perkembangan, untuk dijadikan dasar bagi pengembangan diri anak
dan perencanaan karir bagi seseorang. Atau bahkan beberapa tahun yang lalu
dikembangkan sebagai dasar pengelolaan SDM di organisasi dengan konsep Talent
Based Human Resources Management.
Semoga dengan pemaparan ini, kita tidak lagi bingung
tentang apa itu Talent.
ATTITUDE
Ada beberapa pengertian
mengenai attitude :
Attitude adalah sikap, tingkah laku atau
perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama
manusia. Attitude itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang
yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude yang bagus.
Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude tinggi, belum tentu juga memiliki
sikap sopan santun. Jadi diperlukan sikap keseimbangan antara
"attitude" dan "sopan santun" agar kita bisa menjadi orang
yang bermoral baik.
Attitude bekerja dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya kepada masyarakat. Sama halnya dengan IQ dan EQ. Keduanya mesti seimbang, apabila salah satu lebih besar akan berakibat buruk.
Attitude bekerja dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya kepada masyarakat. Sama halnya dengan IQ dan EQ. Keduanya mesti seimbang, apabila salah satu lebih besar akan berakibat buruk.
Attitude
adalah sikap pada aspek afektif merupakan aspek yang menentukan seseorang
bertindak, karena kemauan atau kerelaan bertindaklah yang menentukan seseorang
berbuat sesuai dengan sikap yang dimilikinya. Namun demikian aspek yang yang
lainnya ikut mempengaruhinya. Sikap dapat didefinisikan sebagai kesiapan
sesorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal – hal tertentu.
Attitude adalah kesiapan mental individu yang mempengaruhi,
mewarnai bahkan menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan
respon terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Kesediaan ini
mungkin dinyatakan alam kegiatan atau merupakan kekuatan laten (pandangan) yang
kadang-kadang tersalurkan.
Attitude selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap
terhadap obyek disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang yang
mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang bernilai dari pandangannya,
dan ia akan bersikap negatif terhadap obyek yang dianggap tidak bernilai
baginya. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke dalam tindakan yang satu
sama lainnya berhubungan.
Membedakan antara Keahlian (Skill) dan Pengetahuan (Knowlegde)
Skill dan knowledge adalah hal yang berbeda yang terkadang disama-artikan. Memperoleh dan menggunakan skill dan knowledge-pun berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, saya mengamati bahwa semakin banyak orang dengan pola pikir MENGGAMPANGKAN SESUATU yang mereka lihat padahal mereka sama sekali tidak memahami lebih dalam dari pola pikir mereka tersebut. Mungkin mereka merasa sudah tahu banyak? Tetapi sesungguhnya orang yang menggampangkan sesuatu adalah tanda “malas berpikir dan melakukan”. Hubungannya dengan skill dan knowledge adalah, jika seseorang menggampangkan sesuatu, akan sangat sulit memperoleh skill dan juga cenderung mengabaikan knowledge. Ok, yuk kita masuk ke pembahasan lebih lanjut.
Skill (Keahlian)
Menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan
sesuatu yang sifatnya spesifik, fokus namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untuk
mempelajarinya dan dapat dibuktikan.
Skill apapun dapat dipelajari namun
membutuhkan dedikasi yang kuat untuk mempelajari ilmu tersebut seperti perlunya
mental positif, semangat motivasi, waktu dan terkadang uang.
Knowledge (Pengetahuan)
Menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu keadaan berdasarkan persepsi pikirannya.
Knowledge seseorang ditentukan oleh apa yang
dipelajari dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain
sebagainya. Tapi sayangnya knowledge bukanlah skill jadi seberapa banyak pun Anda tahu,
tidak dapat dikatakan Anda mempunyai skill terhadap hal tersebut kecuali Anda take action dan akhirnya menemukan pola tertentu
sehingga cara berpikir Anda menjadi sebuah skill.
Knowledge itu sendiri sangat mudah didapatkan,
apalagi dewasa ini ketika Anda ke internet tinggal searching di google Anda
sudah bisa dikatakan dapat mengeksplore knowledge dengan jumlah yang tidak terbatas.
Persepsi yang ambigu mengenai skill dan knowledge
Seringkali banyak orang tidak mampu memahami dan membedakan
dengan baik antara skill dan knowledge,
itulah sebabnya “mereka” sering merendahkan dunia pendidikan karena tidak
melahirkan lulusan yang “berkualitas”. Maksud berkualitas disini saya paham
benar bahwa dibutuhkan skill di dunia kerja, sayangnya tidak semua
jurusan menawarkan skill yang kelihatan. Masih
bingung? Baiklah saya berikan contoh supaya bisa lebih peka membedakan mana
yang termasuk skill dan mana yang termasuk knowledge.
Antara kuliah di bidang manajemen dan di bidang design
komunikasi visual, manakah yang termasuk knowledge dan manakah yang termasuk skill, relatif secara umum?
Jawabannya adalah bidang manajemen lebih ke arah knowledge dan bidang design
komunikasi visual lebih kearah skill.
Saya memberikan kata relatif, karena tergantung orangnya yang belajar di bidang
keilmuan tersebut dan bagaimana ilmu tersebut digunakan. Saya jelaskan lebih
lanjut, orang yang kuliah dibidang manajemen, mereka paham benar dengan apa
yang berhubungan dengan dunianya, seperti istilah-istilah manajemen dan
keuangan, itu adalah knowledge yang
sebenarnya mudah didapat. Tapi apakah skillnya
ada? Itu tergantung dari banyak hal makanya ilmu manajemen sering disebut
sebagai softskill. Ilmu manajemen saya katakan mempunyai skill pada cara
berpikir, bagaimana mengelola sesuatu misalnya bisnis atau dalam pekerjaan.
Tapi tidak akan terlihat ilmunya digunakan jika hanya menjadi staff operasional
biasa, mereka harus ditempatkan dilevel manajemen baru akan kelihatan skill mengelolanya. Sudah mulai
mengerti ya…
Nah sedangkan design komunikasi visual, lebih cenderung ke arah skill yang sesungguhnya karena memang
dituntut untuk menghasilkan karya dalam studinya, jadi ketika lulus sudah
mempunyai skill design di level tertentu.
Menjadi generalist(umum) atau specialist(khusus)
Menjadi generalist atau specialist adalah pilihan. Saya pernah berpikir
adalah seseorang yang generalist, karena saya
mempunyai knowledge yang banyak dalam berbagai hal namun
tidak ada yang spesifik atau sangat menonjol skill-nya.
Apapun saya pelajari untuk mendapatkan knowledge tertentu dan mencari minat saya ada
dimana. Jika tentang komputer saya mengerti, design, animasi, ilustrasi, video
editing, digital imaging, hardware, troubleshooting, web design, karena saya
memang dari jurusan komputer. Bidang manajemen saya juga mengetahui strategi
bisnis, marketing, operasional, human resources, financial
& accounting, karena memang saya juga berasal dari jurusan
manajemen hingga diteruskan ke level post-graduate.
Hal lainpun saya pelajari seperti fotografi, psikologi, agrobisnis, komunikasi,
NLP dsb sehingga menambah wawasan dalam pikiran saya.
Pada dasarnya, saya memang sangat senang membaca dan kemudian
melakukan apa yang saya baca yang sesuai minat saya, itulah sebabnya saya bisa
mempelajari sesuatu dengan mudah jika saya mau. Menurut saya itulah salah satu skill saya, yaitu kemampuan belajar cepat
karena cara berpikir saya yang sudah terbentuk lewat proses pembelajaran
bertahun-tahun.
Suatu
kali saya berdiskusi dengan sahabat saya dan semakin mengerti ketika ia
mengatakan: jangan mau jadi
generalist karena orang yang mengaku generalist pada dasarnya hanya alasan buat
mereka tidak punya keinginan mengembangkan kemampuan. Karena terlalu generalist,
jadi tidak menyentuh esensi, terombang-ambing kehidupan terbawa arus kehidupan,
terlalu kompromistis dalam mengejar cita-cita. Saya waktu itu kaget dan saya
pikir kata-kata ini sangat menyentuh dan benar sekali, bahwa pada dasarnya
menjadi specialist itu penting.
Jadi saran saja, sebaiknya gunakan knowledge kita untuk mengembangkan skill dan jadilah seorang yang
punya spesialisasi di bidang-bidang yang Anda sukai dan tentunya terus
tingkatkan knowledge Anda dalam berbagai hal.
Semoga dari
bacaan ini Anda mendapatkan insight baru :)
Terima kasih pencerahannya, moga menjadi ilmu yg manfaat, amin...
BalasHapusTerima kasih pencerahannya, moga menjadi ilmu yg manfaat, amin...
BalasHapus