Senin, 15 September 2014

TASK ( Talent, Attitude, Skill and Knowledge)

TASK

TALENT

Suatu ketika saya iseng bertanya pada beberapa rekan dan kerabat tentang apa itu talent atau bakat. Mau tahu apa yang saya dapatkan?
Sebagian mengatakan bahwa Talent itu adalah potensi dari seseorang. Jadi ibarat tanaman Talent adalah bibit yang merupakan cikal bakal yang mungkin belum berkembang.

Sebagian lagi berpendapat Talent itu adalah kemampuan khusus dan unik yang dimiliki oleh seseorang. Seperti halnya orang yang berbakat menyanyi, menari, main gitar dll. Saking uniknya, maka banyak orang berpendapat bahwa dirinya atau anaknya tidak berbakat.

Ada lagi yang berpendapat bahwa Talent itu anugrah (gift) dari Yang Maha Kuasa. Sifatnya bawaan sejak lahir.

Kemudian dari beberapa rekan HRD ada juga pendapat bahwa Talent itu adalah orang atau karyawan yang potensial.

Ternyata jawaban yang saya dapatkan cukup beragam, belum lagi sebagian besar yang menjawab bingung atau tidak tahu.

Jawaban-jawaban yang saya dapatkan dari pertanyaan iseng di atas, memperlihatkan betapa di masyarakat kita saat ini terdapat banyak sekali pemahaman tentang Talent yang pada kenyataannya belum tentu tepat juga.

Ini yang harus diluruskan, karena dengan pemahaman yang tidak tepat kita bisa salah kaprah dalam memperlakukan Talent yang dimiliki seseorang, Sayang tho…?


Nah konsep inilah yang saat ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam dunia pendidikan dan perkembangan, untuk dijadikan dasar bagi pengembangan diri anak dan perencanaan karir bagi seseorang. Atau bahkan beberapa tahun yang lalu dikembangkan sebagai dasar pengelolaan SDM di organisasi dengan konsep Talent Based Human Resources Management.
Semoga dengan pemaparan ini, kita tidak lagi bingung tentang apa itu Talent.

Jadi sebenarnya apa sih Talent itu..? Berdasarkan konsep yang berkembang saat ini, sebenarnya ada dua kerangka besaran mengenai Talent.
Yang pertama, adalah Talent yang diartikan sebagai Orang atau SDM yang HiPo (High Potential). Pemahaman inilah yang menjadi awal mula munculnya konsep Talent Management di kalangan organisasi saat ini. Karena Talent diartikan sebagai Karyawan Potensial, maka konsep Talent Management berbicara tentang Sistem Pengelolaan Karyawan Berpotensi. Konsep ini muncul karena kesadaran organisasi bahwa SDM yang handal adalah kunci keberhasilan organisasi. Oleh karenanya SDM yang handal dan potensial tersebut harus dikelola secara baik sesuai dengan kebtuhan dan strategi organisasi.

Yang kedua, adalah Talent yang diartikan sebagai Bakat atau Talenta yang melekat dalam diri seseorang. Bakat yang dimaksud disini adalah Sekumpulan karakteristik alamiah seseorang, yang merupakan accelerator, faktor yang mempercepat penguasaan skill atau kompetensi seseorang serta mendorong munculnya performance yang luar biasa.

Karateristik seseorang yang bisa kita gunakan untuk melihat bakat bisa kita golongkan jadi 3:
  1. Kecerdasan: yakni sense kecerdasan seseorang pada aspek-aspek seperti linguistic, numerical logic, kinestetic, visual-spatial, music, interpersonal, intrapersonal dan naturalis.
  2. Dispotision: yakni proses mental atau karakter  yang memperlihatkan kebiasaan atau tendensi seseorang untuk berperilaku.
  3. Physical:  karakteristik fisik atau tubuh yang meliputi postur, struktur otot, struktur tulang.
Nah konsep inilah yang saat ini banyak digunakan oleh para pendidik dalam dunia pendidikan dan perkembangan, untuk dijadikan dasar bagi pengembangan diri anak dan perencanaan karir bagi seseorang. Atau bahkan beberapa tahun yang lalu dikembangkan sebagai dasar pengelolaan SDM di organisasi dengan konsep Talent Based Human Resources Management.
Semoga dengan pemaparan ini, kita tidak lagi bingung tentang apa itu Talent.

ATTITUDE



Ada beberapa pengertian mengenai attitude :

Attitude adalah sikap, tingkah laku atau perilaku seseorang dalam berinteraksi ataupun berkomunikasi dengan sesama manusia. Attitude itu sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang bersikap sopan santun, belum tentu memiliki attitude yang bagus. Sebaliknya, seseorang yang memiliki atttitude tinggi, belum tentu juga memiliki sikap sopan santun. Jadi diperlukan sikap keseimbangan antara "attitude" dan "sopan santun" agar kita bisa menjadi orang yang bermoral baik.

Attitude bekerja dengan hati nurani. Apabila attitude diterapkan pada kehidupan sehari-hari, kita mendapatkan tanggung jawab yang besar akan hasil dan menimbulkan pengaruhnya kepada masyarakat. Sama halnya dengan IQ dan EQ. Keduanya mesti seimbang, apabila salah satu lebih besar akan berakibat buruk.

Attitude adalah sikap pada aspek afektif merupakan aspek yang menentukan seseorang bertindak, karena kemauan atau kerelaan bertindaklah yang menentukan seseorang berbuat sesuai dengan sikap yang dimilikinya. Namun demikian aspek yang yang lainnya ikut mempengaruhinya. Sikap dapat didefinisikan sebagai kesiapan sesorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal – hal tertentu.
Attitude adalah kesiapan mental individu yang mempengaruhi, mewarnai bahkan menentukan kegiatan individu yang bersangkutan dalam memberikan respon terhadap obyek atau situasi yang mempunyai arti baginya. Kesediaan ini mungkin dinyatakan alam kegiatan atau merupakan kekuatan laten (pandangan) yang kadang-kadang tersalurkan.

Attitude selalu berkenaan dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek disertai dengan perasaan positif atau negatif. Orang yang mempunyai sikap positif terhadap suatu obyek yang bernilai dari pandangannya, dan ia akan bersikap negatif terhadap obyek yang dianggap tidak bernilai baginya. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong ke dalam tindakan yang satu sama lainnya berhubungan.



Membedakan antara Keahlian (Skill) dan Pengetahuan (Knowlegde)


Skill dan knowledge adalah hal yang berbeda yang terkadang disama-artikan. Memperoleh dan menggunakan skill dan knowledge-pun berbeda. Dalam kehidupan sehari-hari, saya mengamati bahwa semakin banyak orang dengan pola pikir MENGGAMPANGKAN SESUATU yang mereka lihat padahal mereka sama sekali tidak memahami lebih dalam dari pola pikir mereka tersebut. Mungkin mereka merasa sudah tahu banyak? Tetapi sesungguhnya orang yang menggampangkan sesuatu adalah tanda “malas berpikir dan melakukan”. Hubungannya dengan skill dan knowledge adalah, jika seseorang menggampangkan sesuatu, akan sangat sulit memperoleh skill dan juga cenderung mengabaikan knowledge. Ok, yuk kita masuk ke pembahasan lebih lanjut.


Skill (Keahlian)


Menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, fokus namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan dapat dibuktikan.
Skill apapun dapat dipelajari namun membutuhkan dedikasi yang kuat untuk mempelajari ilmu tersebut seperti perlunya mental positif, semangat motivasi, waktu dan terkadang uang.

Knowledge (Pengetahuan)


Menurut definisi saya adalah kemampuan seseorang untuk mengenali suatu keadaan berdasarkan persepsi pikirannya.
Knowledge seseorang ditentukan oleh apa yang dipelajari dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya. Tapi sayangnya knowledge bukanlah skill jadi seberapa banyak pun Anda tahu, tidak dapat dikatakan Anda mempunyai skill terhadap hal tersebut kecuali Anda take action dan akhirnya menemukan pola tertentu sehingga cara berpikir Anda menjadi sebuah skill.
Knowledge itu sendiri sangat mudah didapatkan, apalagi dewasa ini ketika Anda ke internet tinggal searching di google Anda sudah bisa dikatakan dapat mengeksplore knowledge dengan jumlah yang tidak terbatas.

Persepsi yang ambigu mengenai skill dan knowledge


Seringkali banyak orang tidak mampu memahami dan membedakan dengan baik antara skill dan knowledge, itulah sebabnya “mereka” sering merendahkan dunia pendidikan karena tidak melahirkan lulusan yang “berkualitas”. Maksud berkualitas disini saya paham benar bahwa dibutuhkan skill di dunia kerja, sayangnya tidak semua jurusan menawarkan skill yang kelihatan. Masih bingung? Baiklah saya berikan contoh supaya bisa lebih peka membedakan mana yang termasuk skill dan mana yang termasuk knowledge.

Antara kuliah di bidang manajemen dan di bidang design komunikasi visual, manakah yang termasuk knowledge dan manakah yang termasuk skill, relatif secara umum? Jawabannya adalah bidang manajemen lebih ke arah knowledge dan bidang design komunikasi visual lebih kearah skill. Saya memberikan kata relatif, karena tergantung orangnya yang belajar di bidang keilmuan tersebut dan bagaimana ilmu tersebut digunakan. Saya jelaskan lebih lanjut, orang yang kuliah dibidang manajemen, mereka paham benar dengan apa yang berhubungan dengan dunianya, seperti istilah-istilah manajemen dan keuangan, itu adalah knowledge yang sebenarnya mudah didapat. Tapi apakah skillnya ada? Itu tergantung dari banyak hal makanya ilmu manajemen sering disebut sebagai softskill. Ilmu manajemen saya katakan mempunyai skill pada cara berpikir, bagaimana mengelola sesuatu misalnya bisnis atau dalam pekerjaan. Tapi tidak akan terlihat ilmunya digunakan jika hanya menjadi staff operasional biasa, mereka harus ditempatkan dilevel manajemen baru akan kelihatan skill mengelolanya. Sudah mulai mengerti ya…

Nah sedangkan design komunikasi visual, lebih cenderung ke arah skill yang sesungguhnya karena memang dituntut untuk menghasilkan karya dalam studinya, jadi ketika lulus sudah mempunyai skill design di level tertentu.

Menjadi generalist(umum) atau specialist(khusus)


Menjadi generalist atau specialist adalah pilihan. Saya pernah berpikir adalah seseorang yang generalist, karena saya mempunyai knowledge yang banyak dalam berbagai hal namun tidak ada yang spesifik atau sangat menonjol skill-nya. Apapun saya pelajari untuk mendapatkan knowledge tertentu dan mencari minat saya ada dimana. Jika tentang komputer saya mengerti, design, animasi, ilustrasi, video editing, digital imaging, hardware, troubleshooting, web design, karena saya memang dari jurusan komputer. Bidang manajemen saya juga mengetahui strategi bisnis, marketing, operasional, human resources, financial & accounting, karena memang saya juga berasal dari jurusan manajemen hingga diteruskan ke level post-graduate. Hal lainpun saya pelajari seperti fotografi, psikologi, agrobisnis, komunikasi, NLP dsb sehingga menambah wawasan dalam pikiran saya.
Pada dasarnya, saya memang sangat senang membaca dan kemudian melakukan apa yang saya baca yang sesuai minat saya, itulah sebabnya saya bisa mempelajari sesuatu dengan mudah jika saya mau. Menurut saya itulah salah satu skill saya, yaitu kemampuan belajar cepat karena cara berpikir saya yang sudah terbentuk lewat proses pembelajaran bertahun-tahun.
Suatu kali saya berdiskusi dengan sahabat saya dan semakin mengerti ketika ia mengatakan: jangan mau jadi generalist karena orang yang mengaku generalist pada dasarnya hanya alasan buat mereka tidak punya keinginan mengembangkan kemampuan. Karena terlalu generalist, jadi tidak menyentuh esensi, terombang-ambing kehidupan terbawa arus kehidupan, terlalu kompromistis dalam mengejar cita-cita. Saya waktu itu kaget dan saya pikir kata-kata ini sangat menyentuh dan benar sekali, bahwa pada dasarnya menjadi specialist itu penting.

Jadi saran saja, sebaiknya gunakan knowledge kita untuk mengembangkan skill dan jadilah seorang yang punya spesialisasi di bidang-bidang yang Anda sukai dan tentunya terus tingkatkan knowledge Anda dalam berbagai hal. 
Semoga dari bacaan ini Anda mendapatkan insight baru :)
































2 komentar:

  1. Terima kasih pencerahannya, moga menjadi ilmu yg manfaat, amin...

    BalasHapus
  2. Terima kasih pencerahannya, moga menjadi ilmu yg manfaat, amin...

    BalasHapus